Hm... aku sedang males ngetik, nih. Cerita tentang Trip to Bali nya lain kali aja yah. Aku ngepost foto sekalian supaya pembaca ikut cuci mata.
Eniwei foto-foto dibawahi ini asli jepretanku sendiri lho! Hehehe...
1. Sunset di Pantai Kuta (sempet-sempetnya motret padahal lagi nyasar. =P)
2. Garuda Wisnu Kencana (Baru kepala Garudanya doang. Badannya blom kelar, katanya)
3. Pemandangan diliat dari Garuda Wisnu Kencana
4. Pelangi!!!!
5. Laut dekat Tanah Lot. Kalau kamu jeli, kamu akan menemukan pelangi juga.
Gimana? Cerita masih dibutuhkan nggak?
Jumat, 26 Desember 2008
Minggu, 07 Desember 2008
Skip Beat! Live Action
Bicara soal berita di antara Skip Beat! mania, baru-baru ini beredar gosip yang menyatakan bahwa manga karya Nakamura Yoshiki-sensei itu akan dibuat versi dramanya yang mana akan diperankan oleh Ariel Lin dan Jerry Yan.
Tampaknya berita yang sudah beredar luas ini baru sekedar gosip semata karena belum ada pihak yang mengklaim rencana tersebut secara resmi.
Tapi terlepas dari gosip atau fakta, saya benar-benar tertarik mendengar berita tersebut. Membuat live action dari sebuah manga adalah bukan suatu hal yang main-main, karena penilaian fans menjadi sangat sensitif. Banyak bahan perbandingan yang bisa membuat fans manga aslinya kecewa jika live action tersebut tidak memenuhi imajinasi mereka.
Dan itu yang akan saya bahas di sini. Walau saya BUKAN anti-fan dari Ariel maupun Jerry (saya tekankan pada kata bukan), saya menyatakan ketidak setujuan saya jika mereka di casting sebagai Mogami Kyouko dan Tsuruga Ren.
Ada banyak alasan mengapa saya tidak setuju. Faktor kemiripan fisik mereka juga mempengaruhi, sih. Tapi penilaian saya cenderung kepada kemampuan akting mereka berdua yang saya bilang belum mampu memerankan tokoh sesulit Kyouko dan Ren.
Pertama soal Kyouko. Gadis itu sebenarnya baik hati dan polos, seperti remaja kampung pada umumnya. Tapi ternyata Kyouko juga menyimpan batin seorang raja iblis. Dan inner devil inilah bagian karakter Kyouko yang paling sulit. Aktris yang memerankannya haruslah mempunyai ekspresi mengerikan yang bisa membuat orang menjerit ketakutan. Tentunya dengan tidak mengabaikan sisi polos dan apa adanya dalam diri Kyouko.
Dan berbekal pengetahuan minim soal Ariel, menurut saya gadis itu terlalu manis untuk bisa memerankan sisi gelap seorang Mogami Kyouko. Dalam perannya selama ini, saya belum mendapati ia menunjukkan ekspresi yang benar-benar sadis.
Kemudian Ren. Oh ya ampun! Dia itu super tampan, jangkung, gentleman, pintar akrobat, model, dan bercahaya walaupun cuma berdiri! Selain itu ia bisa mengendalikan lawan mainnya agar bereaksi sesuai naskah.
Tapi bagian tersulit dalam memerankan Ren adalah masa lalunya yang gelap dan fakta bahwa ia masih benar-benar pemula dalam masalah cinta. Dan bisakah Jerry memerankan karakter sekompleks itu?
Tidak, pembaca yang manis. Ekspresi yang dimiliki Jerry kurang beragam. Di film Hospital tempo lalu, aktingnya masih hambar. Sorot matanya tidak ikut berbicara, dan ekspresi wajahnya agak datar. Jadi terasa monoton dan terlalu manis untuk ukuran drama seberat Hospital.
Untuk peran Ren, saya punya satu calon yang menarik perhatian saya. Itu adalah si ganteng Kaneshiro Takeshi!!!! Secara fisik ia sangat mendekati. Wajahnya blasteran Amerika (kebetulan Ren anak Jepang-Amerika), posturnya tinggi tegap, dan tentunya tampan luar biasa! Kemudian secara akting, ia tak usah diragukan lagi. Saya percaya ia bisa memerankan sisi gelap Ren karena ia sudah berpengalaman memerankan peran seorang mafia. (Ada yang ingat Love 2000??). Berbagai peran drama romance juga sudah dijajalnya. Pokoknya muuantap deh!!
Jadi sudah jelas kan, mengapa saya tidak setuju jika karakter tersebut diperankan oleh Jerry dan Ariel? Dan berhubung saya sudah nulis terlalu banyak, jadi saya sudahi dulu. Pembaca boleh setuju maupun tidak.
Oh ya, saya ingatkan bahwa berita mengenai pembuatan live action Skip Beat! itu baru sekedar gosip, lho!! See ya!
Rabu, 03 Desember 2008
Secangkir Kopi Pahit
Langit kelam membentang di atas kota yang masih diwarnai hiruk pikuk kehidupan para insan hari itu. Kerlap-kerlip lampu nyaris di seluruh penjuru kota menggantikan pemandangan langit berbintang yang tak nampak karena tertutup oleh gumpalan awan. Samar-samar terlihat uap menyembul di antara hela nafas orang-orang disana sebelum akhirnya terkikis oleh terpaan angin. Cuaca yang begitu dingin membuat para pedagang sake manis dan lainnya yang hangat-hangat begitu ramai pengunjung.
Di antara para penghuni kota yang masih beraktivitas itu, seorang gadis dengan coat berwarna maroon dengan syal putih berjalan cepat-cepat agar sampai di rumah sesegera mungkin. Rambutnya yang panjang dan tergerai, melambai dengan halus mengikuti irama langkahnya. Dinginnya angin membuat kening, pipi, juga kedua daun telinganya serasa ditempeli dengan sebongkah es.
Ia mengikatkan syalnya lebih erat kemudian memasukkan tangannya ke dalam coat yang ia kenakan. Lalu kaki jenjang yang berbalut boots tinggi itu pun melangkah lebih cepat.
-
-
“Tadaima” ucap seorang gadis yang memasuki pintu sebuah flat tempatnya tinggal.
“Kakak pulaang!!” seru dua bocah cilik bersamaaan ketika gadis itu masuk. Gadis itu menyampirkan coatnya lalu menyambut kedua bocah tadi yang tengah berlari untuk memberinya pelukan. Lalu ia mendaratkan sebuah ciuman kecil di pipi adik-adiknya.
“Hari ini kalian jadi anak baik, kan?” tanyanya pada bocah kembar itu.
“Tentu saja” dua anak identik yang berpipi bulat dan berambut ikal itu menjawab dengan kompak. Kemudian dari ruang bagian dalam seseorang menghampiri mereka. Wanita paruh baya yang memiliki gurat-gurat disekitar mata serta bibirnya, dan kemilau rambutnya sudah memudar dan berganti menjadi rambut berwarna putih -uban.
“Kamu sudah pulang, Setsuna-chan” tanya wanita itu ramah.
“Terima kasih sudah menjaga mereka hari ini, nenek Chouko” kata gadis yang di panggil dengan Setsuna itu. Sementara kedua bocah tadi berlarian masuk lagi ke dalam.
“Tak apa. Orihime dan Shirayuki adalah anak-anak yang baik dan menggemaskan” jawab wanita yang berbalut sweater ungu dan rok panjang itu lagi, “Oh ya, apa kamu sudah makan? Kami sedang membuat nabe untuk makan malam” lanjutnya.
“Nabe? Aku mau!” seru Setsuna. Siapa yang mau menolak kelezatan nabe yang hangat di tengah cuaca dingin? Apalagi ditambah perutnya yang sudah keroncongan sejak tadi.
Nenek pemilik flat itu memang selalu tahu yang terbaik untuknya dan bisa diandalkan. Beliau sering membantunya menjaga adik-adiknya yang masih kecil, sementara ia kuliah dan bekerja. Beliau juga memberi kelonggaran waktu baginya untuk membayar sewa flat Beruntung sekali ia bisa memiliki tetangga yang baik dan perhatian itu. Rasanya tidak cukup dengan terima kasih untuk membalas budi baik beliau. Tapi sayangnya beliau selalu menolak diberi apa-apa dengan alasan karena beliau menikmatinya.
“Nenek, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan terima kasihku pada nenek” ujar Setsuna pada wanita itu dalam perjalanan mereka ke dapur.
“Sudah berapa kali kularang kamu mengatakannya?”
“Aku sayaaaang… sekali sama nenek” gadis itu bergelayutan pada lengan nenek Chouko.
“Aku juga senang punya cucu baru yang cantik dan menyenangkan sepertimu” kata nenek itu.
-
-
“Oyasuminasai, hime-chan” kata Setsuna pada bocah dengan baju hijau yang sudah terlelap, “Oyasuminasai, yuki-chan” lanjutnya pada bocah yang memakai baju merah muda yang juga sudah memejamkan matanya.
Jam menunjukkan pukul sembilan malam ketika mereka selesai dengan makan malam mereka. Setelah itu nenek Chouko pulang untuk mengurus kehidupannya sendiri, sedangkan si kembar minta ditidurkan oleh kakaknya. Setsuna pun menunda mengerjakan tugas demi kedua adik tersayangnya.
Kemudian ia beralih ke depan komputernya setelah memastikan bahwa dua malaikat mungil itu sudah menuju ke alam mimpi mereka yang indah. Ya, biarlah mereka menikmati masa kanak-kanak mereka yang menyenangkan.
Cukup ia saja yang menikmati kepahitan hidup. Terutama setelah kedua orang tuanya memilih untuk berpisah saat ia baru menginjak usia sembilan tahun. Ia dan kedua adiknya yang saat itu belum lahir, diputuskan ikut ibunya. Dan entah mengapa semua menjadi tambah berat sejak saat itu. Pada akhirnya ialah yang harus menghidupi mereka bertiga, karena ibunya pergi meninggalkan mereka begitu saja.
Ya. Pergi begitu saja tak ada kabar berita atau pesan apapun.
“…” ia terdiam dalam geram setiap kali teringat akan ibunya. Tak ada makian yang cukup untuk mengungkapkan kekesalan hati gadis itu. Tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut karena stres yang menumpuk.
“Haa…” desahnya. Tidak ada gunanya untuk terus-terusan marah pada orang yang tidak jelas keberadaannya itu. Lebih baik ia berkonsentrasi untuk melanjutkan studinya juga bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup kedua adik dan dirinya sendiri. Apalagi minggu depan adalah waktu untuk membayar biaya kuliah.
Ia tak punya waktu untuk memikirkan yang tidak berguna. Lebih baik menikmati hidupnya dan –ah! Hampir saja kelupaan. Sekarang kan waktunya menikmati itu!
-
-
Gadis itu menatap pemandangan kota di malam hari dari beranda, berbalut mantel abu-abu yang hangat dengan secangkir minuman panas berwarna hitam pekat di tangan kanannya, yaitu kopi. Tapi tak sembarang kopi, melainkan kopi pahit.
Seakan melihat refleksi dirinya sendiri, dia berharap akan menjadi seperti secangkir kopi di tangannya itu. Yang walaupun pahit pada awalnya, suatu saat rasanya justru akan berbalik menjadi manis. Tapi ia belum tahu kapan hal itu akan datang ke dalam kehidupannya. Mungkinkah besok? Atau lusa? Sepertinya masih lama, mungkin ya.
Srupuuut…
Setsuna menyeruput sedikit demi sedikit kopi itu sebelum mendingin. Tak sengaja ekor matanya menangkap cahaya lampu dari flat di samping mereka. Ia terus mengalihkan pandangannya ke tempat itu
“Hn? Aneh! Bukannya di sebelah tidak ada penghuninya?”
BRAK!
Tiba-tiba pintu di flat sebelah terbuka. Kemudian seorang pemuda jangkung keluar menuju beranda sambil membawa cangkir dengan uap yang mengepul. Pemuda itu melihat pemandangan malam itu sambil meminum minumannya. Rambutnya yang tebal dan halus berkibar tertiup angin.
Tak sengaja ia mendapati Setsuna yang masih memandanginya. Mata mereka bertatapan segaris. Kemudian ia tersenyum simpul pada tetangganya itu sambil sedikit mengangkat cangkirnya sebagai pengganti salam. Gadis itu gelagapan dan mengangkat pula cangkirnya kemudian buru-buru mengalihkan pandangannya sambil menyembunyikan wajah dibalik cangkirnya.
“Ya Tuhan, tampan sekali!!” kata gadis itu dalam hati. Dan mereka pun melanjutkan menikmati minuman mereka dalam hening.
-
-
Suatu saat, rasa pahit akan berbalik menjadi manis. Mungkinkah besok? Lusa? Atau malah-
Saat ini?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
FIN
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Author`s Note: Ya, ampun! Settingnya kok tau-tau pindah ke Jepun! Yah, jangan acuhkan cerita asal-asalan begini. Ini nggak jelas sudah tamat atau malah justru baru prolog. Murni hasil iseng aja kok. Makanya rada nggak nyambung, kan? Hehe. :3
Di antara para penghuni kota yang masih beraktivitas itu, seorang gadis dengan coat berwarna maroon dengan syal putih berjalan cepat-cepat agar sampai di rumah sesegera mungkin. Rambutnya yang panjang dan tergerai, melambai dengan halus mengikuti irama langkahnya. Dinginnya angin membuat kening, pipi, juga kedua daun telinganya serasa ditempeli dengan sebongkah es.
Ia mengikatkan syalnya lebih erat kemudian memasukkan tangannya ke dalam coat yang ia kenakan. Lalu kaki jenjang yang berbalut boots tinggi itu pun melangkah lebih cepat.
-
-
“Tadaima” ucap seorang gadis yang memasuki pintu sebuah flat tempatnya tinggal.
“Kakak pulaang!!” seru dua bocah cilik bersamaaan ketika gadis itu masuk. Gadis itu menyampirkan coatnya lalu menyambut kedua bocah tadi yang tengah berlari untuk memberinya pelukan. Lalu ia mendaratkan sebuah ciuman kecil di pipi adik-adiknya.
“Hari ini kalian jadi anak baik, kan?” tanyanya pada bocah kembar itu.
“Tentu saja” dua anak identik yang berpipi bulat dan berambut ikal itu menjawab dengan kompak. Kemudian dari ruang bagian dalam seseorang menghampiri mereka. Wanita paruh baya yang memiliki gurat-gurat disekitar mata serta bibirnya, dan kemilau rambutnya sudah memudar dan berganti menjadi rambut berwarna putih -uban.
“Kamu sudah pulang, Setsuna-chan” tanya wanita itu ramah.
“Terima kasih sudah menjaga mereka hari ini, nenek Chouko” kata gadis yang di panggil dengan Setsuna itu. Sementara kedua bocah tadi berlarian masuk lagi ke dalam.
“Tak apa. Orihime dan Shirayuki adalah anak-anak yang baik dan menggemaskan” jawab wanita yang berbalut sweater ungu dan rok panjang itu lagi, “Oh ya, apa kamu sudah makan? Kami sedang membuat nabe untuk makan malam” lanjutnya.
“Nabe? Aku mau!” seru Setsuna. Siapa yang mau menolak kelezatan nabe yang hangat di tengah cuaca dingin? Apalagi ditambah perutnya yang sudah keroncongan sejak tadi.
Nenek pemilik flat itu memang selalu tahu yang terbaik untuknya dan bisa diandalkan. Beliau sering membantunya menjaga adik-adiknya yang masih kecil, sementara ia kuliah dan bekerja. Beliau juga memberi kelonggaran waktu baginya untuk membayar sewa flat Beruntung sekali ia bisa memiliki tetangga yang baik dan perhatian itu. Rasanya tidak cukup dengan terima kasih untuk membalas budi baik beliau. Tapi sayangnya beliau selalu menolak diberi apa-apa dengan alasan karena beliau menikmatinya.
“Nenek, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan terima kasihku pada nenek” ujar Setsuna pada wanita itu dalam perjalanan mereka ke dapur.
“Sudah berapa kali kularang kamu mengatakannya?”
“Aku sayaaaang… sekali sama nenek” gadis itu bergelayutan pada lengan nenek Chouko.
“Aku juga senang punya cucu baru yang cantik dan menyenangkan sepertimu” kata nenek itu.
-
-
“Oyasuminasai, hime-chan” kata Setsuna pada bocah dengan baju hijau yang sudah terlelap, “Oyasuminasai, yuki-chan” lanjutnya pada bocah yang memakai baju merah muda yang juga sudah memejamkan matanya.
Jam menunjukkan pukul sembilan malam ketika mereka selesai dengan makan malam mereka. Setelah itu nenek Chouko pulang untuk mengurus kehidupannya sendiri, sedangkan si kembar minta ditidurkan oleh kakaknya. Setsuna pun menunda mengerjakan tugas demi kedua adik tersayangnya.
Kemudian ia beralih ke depan komputernya setelah memastikan bahwa dua malaikat mungil itu sudah menuju ke alam mimpi mereka yang indah. Ya, biarlah mereka menikmati masa kanak-kanak mereka yang menyenangkan.
Cukup ia saja yang menikmati kepahitan hidup. Terutama setelah kedua orang tuanya memilih untuk berpisah saat ia baru menginjak usia sembilan tahun. Ia dan kedua adiknya yang saat itu belum lahir, diputuskan ikut ibunya. Dan entah mengapa semua menjadi tambah berat sejak saat itu. Pada akhirnya ialah yang harus menghidupi mereka bertiga, karena ibunya pergi meninggalkan mereka begitu saja.
Ya. Pergi begitu saja tak ada kabar berita atau pesan apapun.
“…” ia terdiam dalam geram setiap kali teringat akan ibunya. Tak ada makian yang cukup untuk mengungkapkan kekesalan hati gadis itu. Tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut karena stres yang menumpuk.
“Haa…” desahnya. Tidak ada gunanya untuk terus-terusan marah pada orang yang tidak jelas keberadaannya itu. Lebih baik ia berkonsentrasi untuk melanjutkan studinya juga bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup kedua adik dan dirinya sendiri. Apalagi minggu depan adalah waktu untuk membayar biaya kuliah.
Ia tak punya waktu untuk memikirkan yang tidak berguna. Lebih baik menikmati hidupnya dan –ah! Hampir saja kelupaan. Sekarang kan waktunya menikmati itu!
-
-
Gadis itu menatap pemandangan kota di malam hari dari beranda, berbalut mantel abu-abu yang hangat dengan secangkir minuman panas berwarna hitam pekat di tangan kanannya, yaitu kopi. Tapi tak sembarang kopi, melainkan kopi pahit.
Seakan melihat refleksi dirinya sendiri, dia berharap akan menjadi seperti secangkir kopi di tangannya itu. Yang walaupun pahit pada awalnya, suatu saat rasanya justru akan berbalik menjadi manis. Tapi ia belum tahu kapan hal itu akan datang ke dalam kehidupannya. Mungkinkah besok? Atau lusa? Sepertinya masih lama, mungkin ya.
Srupuuut…
Setsuna menyeruput sedikit demi sedikit kopi itu sebelum mendingin. Tak sengaja ekor matanya menangkap cahaya lampu dari flat di samping mereka. Ia terus mengalihkan pandangannya ke tempat itu
“Hn? Aneh! Bukannya di sebelah tidak ada penghuninya?”
BRAK!
Tiba-tiba pintu di flat sebelah terbuka. Kemudian seorang pemuda jangkung keluar menuju beranda sambil membawa cangkir dengan uap yang mengepul. Pemuda itu melihat pemandangan malam itu sambil meminum minumannya. Rambutnya yang tebal dan halus berkibar tertiup angin.
Tak sengaja ia mendapati Setsuna yang masih memandanginya. Mata mereka bertatapan segaris. Kemudian ia tersenyum simpul pada tetangganya itu sambil sedikit mengangkat cangkirnya sebagai pengganti salam. Gadis itu gelagapan dan mengangkat pula cangkirnya kemudian buru-buru mengalihkan pandangannya sambil menyembunyikan wajah dibalik cangkirnya.
“Ya Tuhan, tampan sekali!!” kata gadis itu dalam hati. Dan mereka pun melanjutkan menikmati minuman mereka dalam hening.
-
-
Suatu saat, rasa pahit akan berbalik menjadi manis. Mungkinkah besok? Lusa? Atau malah-
Saat ini?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
FIN
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Author`s Note: Ya, ampun! Settingnya kok tau-tau pindah ke Jepun! Yah, jangan acuhkan cerita asal-asalan begini. Ini nggak jelas sudah tamat atau malah justru baru prolog. Murni hasil iseng aja kok. Makanya rada nggak nyambung, kan? Hehe. :3
Saat Writer`s Block Melanda
Dulu saya nggak ngerti kenapa para author fanfiction.net suka ribut soal penyakit yang namanya Writer`s Block. Saya sering bertanya, WB itu sehebat apa dan gimana sih sampai membuat para author nyerah kalah kalau sudah kena si WB-chan ini?
Tapi setelah hampir setahun (atau malah sudah setahun ya?) saya melanglang buana di kancah perfanfican, akhirnya saya merasakan sensasi dari penyakit kronis tersebut. Ternyata benar, efeknya dahsyaat!! Saya jadi nggak bisa menulis barang sepatah katapun. Rasanya malas dan nggak ada feel untuk nerusin fic yang masih jadi tanggungan. Tak hanya sekedar malas, saya malah kehilangan plot saya di tengah jalan sehingga menyebabkan status hiatus untuk sementara. Dan ketika saya memaksa diri agar fic tidak hiatus, keinginan untuk menulis justru semakin jauh dari saya. Walhasil, Up Town Cherry Blossom hiatus tepat saat cerita mencapai klimaksnya. Serenada yang akhir-akhir ini baru di upload juga kena dampaknya.
Untuk seluruh author di Indonesia, adakah yang punya obat untuk penyakit ini? Saya benar-benar butuh bantuan kalian! Senpai, kohai, nee-chan, nii-chan, siapapun, tolong saya!! ><
Tapi setelah hampir setahun (atau malah sudah setahun ya?) saya melanglang buana di kancah perfanfican, akhirnya saya merasakan sensasi dari penyakit kronis tersebut. Ternyata benar, efeknya dahsyaat!! Saya jadi nggak bisa menulis barang sepatah katapun. Rasanya malas dan nggak ada feel untuk nerusin fic yang masih jadi tanggungan. Tak hanya sekedar malas, saya malah kehilangan plot saya di tengah jalan sehingga menyebabkan status hiatus untuk sementara. Dan ketika saya memaksa diri agar fic tidak hiatus, keinginan untuk menulis justru semakin jauh dari saya. Walhasil, Up Town Cherry Blossom hiatus tepat saat cerita mencapai klimaksnya. Serenada yang akhir-akhir ini baru di upload juga kena dampaknya.
Untuk seluruh author di Indonesia, adakah yang punya obat untuk penyakit ini? Saya benar-benar butuh bantuan kalian! Senpai, kohai, nee-chan, nii-chan, siapapun, tolong saya!! ><
Jadi Author Itu
Kadang-kadang saya ngerasa gimana gitu mengingat ada beberapa cerita yang sudah saya posting di fanfiction.net. Alasannya sederhana. Saya jadi malu sendiri mengingat cerita yang sudah saya post itu bisa diakses di seluruh Indonesia! (Seluruh dunia tepatnya, tapi yang saya posting itu kan fic berbahasa Indonesia) Walaupun reviewernya (reviewer lho! Bukan jumlah reviewnya!) paling cuma satu atau dua tapi tidak menutup kemungkinan kalau yang baca mencapai ratusan, bukan? Cerita buatan anda dibaca ratusan orang seluruh Indonesia, halooo!
Begini saudara-saudara, ayo kita main logika. Misalnya anggap aja pembaca fanfic itu sedikitnya setengah persen (0.5%) dari penduduk Indonesia. Kalau penduduk Indonesia kurang lebih 200 juta jiwa, berarti yang baca fanfic itu ada sekitar satu juta jiwa. Masih dibagi dengan jenis fandom yang disediakan oleh ff.net, yang anggap saja ada seribu fandom. Itu berarti di Indonesia ada seribu orang yang membaca satu fandom, sudah termasuk author, reviewer, atau hanya viewer saja. Angka yang mengejutkan bukan?!
Perhitungan diatas memang MURNI NGASAL, karena tidak ada data yang mensensus berapa orang di Indonesia yang membaca fanfic. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau perkiraan seperti itu bisa jadi mendekati kebenaran bukan?
Dan seribu orang, Oh Tuhan! Bisa bayangkan berapa banyak orang yang mungkin telah membaca fanfic anda? Setidaknya, ada puluhan pasang mata yang pernah digunakan untuk membaca cerita yang anda buat dengan kedua belah tangan anda sendiri. Bahkan ada yang menempatkan anda ebagai penulis favorit mereka.
Dan itulah alasannya mengapa saya kadang rada malu juga jadi author. Berasa jadi tenar. Apa pendapat kalian?
Begini saudara-saudara, ayo kita main logika. Misalnya anggap aja pembaca fanfic itu sedikitnya setengah persen (0.5%) dari penduduk Indonesia. Kalau penduduk Indonesia kurang lebih 200 juta jiwa, berarti yang baca fanfic itu ada sekitar satu juta jiwa. Masih dibagi dengan jenis fandom yang disediakan oleh ff.net, yang anggap saja ada seribu fandom. Itu berarti di Indonesia ada seribu orang yang membaca satu fandom, sudah termasuk author, reviewer, atau hanya viewer saja. Angka yang mengejutkan bukan?!
Perhitungan diatas memang MURNI NGASAL, karena tidak ada data yang mensensus berapa orang di Indonesia yang membaca fanfic. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau perkiraan seperti itu bisa jadi mendekati kebenaran bukan?
Dan seribu orang, Oh Tuhan! Bisa bayangkan berapa banyak orang yang mungkin telah membaca fanfic anda? Setidaknya, ada puluhan pasang mata yang pernah digunakan untuk membaca cerita yang anda buat dengan kedua belah tangan anda sendiri. Bahkan ada yang menempatkan anda ebagai penulis favorit mereka.
Dan itulah alasannya mengapa saya kadang rada malu juga jadi author. Berasa jadi tenar. Apa pendapat kalian?
Trik Jitu dalam Wawancara
Kesulitan untuk mengorek keterangan narasumber? Berikut tips agar wawancara anda berjalan dengan lancar:
- Menguasai banyak bidang. Wartawan tidak harus menjadi pakar tapi menguasai secara global. Tujuannya agar wartawan setiap bisa menanyakan pertanyaan yang relevan dengan topik berita dan berbobot kepada narasumber. Jadi kita tidak akan menanyakan hal seperti “Pak, seberapa panjangkah rumput yang ideal untuk lapangan GOR Jati Diri ini?” pada seorang komentator bola.
- Menempatkan penggunaan bahasa secara baik. Bahasa yang digunakan untuk mewawancarai pedagang asongan tentu beda dengan yang digunakan untuk mewawancarai menteri. Tidak mungkin, kan kita menyapa seorang menteri dengan kalimat “Hoi, Pak mentri! Gimana kabarnya nich? Baek-baek aja kan?! Alhamdulillah saya juga baek”
- Jangan sampai tidak kenal dengan Narasumber. Sebelum wawancara hendaknya menghapfal CV (curriculum vitae/ riwayat hidup) narasumber terlebih dahulu jadi anda tidak akan bertanya, “Selamat siang Pak Mentri! Saya dengar bapak baru mengukir prestasi yang hebat, ngomong-ngomong nama Bapak siapa ya?”
- Terapkan “Tidak ada yang tidak bisa dilakukan” bagi seorang wartawan. Atasan anda pasti akan segera memecat anda apabila anda berkata, “Maaf bos! Saya nggak mau ah, meliput berita kenaikan harga kacang panjang. Saya nggak suka masuk pasar, entar kalau sepatu saya kenapa-kenapa siapa yang mau tanggung jawab?”
- Mendengarkan dengan baik. Jangan sampai si narasumber membatin “Ini orang niatnya wawancara gue apa mo bikin konferensi pers ke gue sih?” lalu menjadi illfeel terhadap anda. Jangan sampai anda memberi kesan anda lebih pintar dari si narasumber.
- Punya strategi dalam wawancara. Bertanya dari hal ringan baru ke inti wawancara.
- Menggali jawaban lebih lanjut dengan pertanyaan pengembangan.
- Memfokuskan pertanyaan sesuai berita acara. Jangan bertanya pada pejabat tersangka korupsi, “Bagaimana anda akan menanggapi kasus poligami anda yang santer beredar?” jika anda adalah reporter berita kriminal.
- Pertanyaan bersifat meminta tanggapan atau klarifikasi. Jangan menggunakan frase “anda diisukan” karena narasumber hanya akan menjawab, “Loh, itu kan cuma isu doank! Gak perlu gue tanggepin donk!”
- Permasalahan pribadi yang sifatnya tidak terlalu publik tidak perlu disinggung. Jangan sekalipun berkata, misalnya “Kami dengar sepupu dari keponakan istri saudara tetangga bapak akan membeli peliharaan baru, mohon klarifikasi bapak!”
- Menguasai banyak bidang. Wartawan tidak harus menjadi pakar tapi menguasai secara global. Tujuannya agar wartawan setiap bisa menanyakan pertanyaan yang relevan dengan topik berita dan berbobot kepada narasumber. Jadi kita tidak akan menanyakan hal seperti “Pak, seberapa panjangkah rumput yang ideal untuk lapangan GOR Jati Diri ini?” pada seorang komentator bola.
- Menempatkan penggunaan bahasa secara baik. Bahasa yang digunakan untuk mewawancarai pedagang asongan tentu beda dengan yang digunakan untuk mewawancarai menteri. Tidak mungkin, kan kita menyapa seorang menteri dengan kalimat “Hoi, Pak mentri! Gimana kabarnya nich? Baek-baek aja kan?! Alhamdulillah saya juga baek”
- Jangan sampai tidak kenal dengan Narasumber. Sebelum wawancara hendaknya menghapfal CV (curriculum vitae/ riwayat hidup) narasumber terlebih dahulu jadi anda tidak akan bertanya, “Selamat siang Pak Mentri! Saya dengar bapak baru mengukir prestasi yang hebat, ngomong-ngomong nama Bapak siapa ya?”
- Terapkan “Tidak ada yang tidak bisa dilakukan” bagi seorang wartawan. Atasan anda pasti akan segera memecat anda apabila anda berkata, “Maaf bos! Saya nggak mau ah, meliput berita kenaikan harga kacang panjang. Saya nggak suka masuk pasar, entar kalau sepatu saya kenapa-kenapa siapa yang mau tanggung jawab?”
- Mendengarkan dengan baik. Jangan sampai si narasumber membatin “Ini orang niatnya wawancara gue apa mo bikin konferensi pers ke gue sih?” lalu menjadi illfeel terhadap anda. Jangan sampai anda memberi kesan anda lebih pintar dari si narasumber.
- Punya strategi dalam wawancara. Bertanya dari hal ringan baru ke inti wawancara.
- Menggali jawaban lebih lanjut dengan pertanyaan pengembangan.
- Memfokuskan pertanyaan sesuai berita acara. Jangan bertanya pada pejabat tersangka korupsi, “Bagaimana anda akan menanggapi kasus poligami anda yang santer beredar?” jika anda adalah reporter berita kriminal.
- Pertanyaan bersifat meminta tanggapan atau klarifikasi. Jangan menggunakan frase “anda diisukan” karena narasumber hanya akan menjawab, “Loh, itu kan cuma isu doank! Gak perlu gue tanggepin donk!”
- Permasalahan pribadi yang sifatnya tidak terlalu publik tidak perlu disinggung. Jangan sekalipun berkata, misalnya “Kami dengar sepupu dari keponakan istri saudara tetangga bapak akan membeli peliharaan baru, mohon klarifikasi bapak!”
Dewan Pers
Dewan Pers adalah lembaga independen yang dibentuk dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan ehidupan pers nasional
Tugas dewan pers memberikan pernyataan penilaian atau rekomendasi dalam hal terjadinya pelanggaran kode etik, penyalah gunaan profesi, dan kemerdekaan pers.
Keputusan Dewan Pers bersifat mendidik dan non legalistik.
Tugas dewan pers memberikan pernyataan penilaian atau rekomendasi dalam hal terjadinya pelanggaran kode etik, penyalah gunaan profesi, dan kemerdekaan pers.
Keputusan Dewan Pers bersifat mendidik dan non legalistik.
Kode Etik Wartawan Indonesia
1. Independen (berita berimbang, akurat, dan tidak beritikad buruk)
2. Profesional
3. Menguji informasi, berita berimbang, menerapkan asas praduga tak bersalah.
4. Tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul.
5. Tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan
6. Tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap
7. Memiliki hal tolak untuk melindungi narasumber, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai kesepakatan.
8. Tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi.
9. Menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
10. Meralat berita yang salah.
11. Melayani hak jawab dan hak koreksi secara profesional
Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh perusahaan pers atau organisasi wartawan.
2. Profesional
3. Menguji informasi, berita berimbang, menerapkan asas praduga tak bersalah.
4. Tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul.
5. Tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan
6. Tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap
7. Memiliki hal tolak untuk melindungi narasumber, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai kesepakatan.
8. Tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi.
9. Menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
10. Meralat berita yang salah.
11. Melayani hak jawab dan hak koreksi secara profesional
Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh perusahaan pers atau organisasi wartawan.
Etika. Etika? Etika!!
Masih dari acara yang sama, kali ini dengan pembicara Mbak Yovita Arika dari koran Kompas (Hayo~ siapa yang nggak tahu kompas?) menjelaskan perihal etika dalam dunia jurnalistik umum.
Definisi etika jurnalistik.
Etika jurnalistik adalah standar aturan perilaku dan moral, yang mengikat para jurnalis dalam melakukan tugasnya. Intinya, masing-masing jurnalis mempunyai undang-undang tersendiri dalam melaksanakan tugas mereka.
Lalu apa yang menyebabkan etika ini wajib, harus dan penting sekali untuk dipatuhi?
Tujuannya ialah:
- Pertama, untuk memelihara dan menjaga standar kualitas pekerjaan si jurnalis. Misalkan saja jurnalis A menerima sumbangan dari suatu penyelenggara acara, maka kemungkinan besar ia akan merasa tidak bebas dalam memberitakan negatif acara tersebut. Jika kita mendapat keuntungan dari orang lain, kita akan cenderung memberitakan yang baik-baik saja tentang orang itu bukan?
- Yang kedua, melindungi atau menghindarkan masyarakat dari kemungkinan dampak merugikan dari tindakan atau perilaku keliru si jurnalis. Nah ini nih, yang mungkin sering dilupakan oleh wartawan gosip Indonesia. Ada aturan saja kadang suka membuat selebriti jadi jengah menghadapi wartawan, bayangkan kalau wartawan bisa meliput seenaknya kawan! Mau dibawa kemana nasib bangsa ini?!! (lagi-lagi saya berlebihan)
Jadi, sudahkah anda mengerti akan pentingnya etika dalam dunia jurnalistik? Saya sih, belum *ngaku*. Saya harap anda juga belum karena saya akan membahas topik ini lagi pada posting-posting selanjutnya. Sekian dulu! Dadah! Rindukan saya, ya! XD
Definisi etika jurnalistik.
Etika jurnalistik adalah standar aturan perilaku dan moral, yang mengikat para jurnalis dalam melakukan tugasnya. Intinya, masing-masing jurnalis mempunyai undang-undang tersendiri dalam melaksanakan tugas mereka.
Lalu apa yang menyebabkan etika ini wajib, harus dan penting sekali untuk dipatuhi?
Tujuannya ialah:
- Pertama, untuk memelihara dan menjaga standar kualitas pekerjaan si jurnalis. Misalkan saja jurnalis A menerima sumbangan dari suatu penyelenggara acara, maka kemungkinan besar ia akan merasa tidak bebas dalam memberitakan negatif acara tersebut. Jika kita mendapat keuntungan dari orang lain, kita akan cenderung memberitakan yang baik-baik saja tentang orang itu bukan?
- Yang kedua, melindungi atau menghindarkan masyarakat dari kemungkinan dampak merugikan dari tindakan atau perilaku keliru si jurnalis. Nah ini nih, yang mungkin sering dilupakan oleh wartawan gosip Indonesia. Ada aturan saja kadang suka membuat selebriti jadi jengah menghadapi wartawan, bayangkan kalau wartawan bisa meliput seenaknya kawan! Mau dibawa kemana nasib bangsa ini?!! (lagi-lagi saya berlebihan)
Jadi, sudahkah anda mengerti akan pentingnya etika dalam dunia jurnalistik? Saya sih, belum *ngaku*. Saya harap anda juga belum karena saya akan membahas topik ini lagi pada posting-posting selanjutnya. Sekian dulu! Dadah! Rindukan saya, ya! XD
Jurnalistik Sekolah, Bedakah?
Materi ini saya dapatkan ketika mengikuti pelatihan jurnalistik di Universitas Diponegoro Semarang, 18 Oktober lalu dengan pembicara (biar akrab kita panggil) Mas Abduh Imanulhaq. Nah, sekarang saya mau berbagi dengan pembaca nih!
Dilihat dari fungsinya:
Tidak jauh berbeda dari jurnalistik umumnya, jurnalistik sekolah juga memiliki empat fungsi pers. Mendidik, menghibur, memberi informasi dan melakukan kontrol sosial.
Mendidik yaitu membuka wawasan dan menanamkan nilai-nilai pada para pembaca terhadap suatu permasalahan.
Menghibur yaitu membuat pikiran para pembaca melakukan relaksasi, melepaskan stres.
Memberi informasi yaitu memberikan pengetahuan dan berita, baik umum maupun spesifik, evergreen (yang jadul tapi masih enak dibaca) maupun yang up to date.
Melakukan kontrol sosial berarti menjadi bahan evaluasi, motivasi, dan secara tidak langsung mengontrol perilaku sosial para pembaca. (Bagi yang mau tau soal kontrol sosial lebih lanjut, silahkan hubungi guru sosiologi anda!)
Dilihat dari isinya:
Di kalangan sekolah, ada dua jenis penerbitan, khusus dan umum. Penerbitan khusus merujuk ke kekhususan materi yang diangkat. Materinya lebih spesifik dan teranalisis sehingga kalangan tertentu saja yang mengerti materi yang dibawakan. (Semacam karya ilmiah yang ilmiah banget, gitu deh!)
Sedangkan penerbitan umum merujuk ke materi yang lebih umum sehingga lingkup pembaca lebih luas. Ciri penerbitan umum ada empat. Satu, penyebarannya dilakukan secara terbuka dan dapat dibaca oleh umum. Dua, penerbitan muncul secara periodik, mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Tiga, materi yang disajikan sifatnya umum seperti budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Empat, berita yang disajikan aktual atau masih hangat dan layak untuk diperbincangkan. (Asal jangan jadi ajang bikin gosip ya!!)
Dilihat dari Manajemen:
1. Penerbitan dikelola siswa bersama otoritas sekolah, dimana pihak otoriter sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan staff memiliki andil dalam pengelolaan penerbitan. Keuntungannya, tanggung jawab dibebankan pada kedua belah pihak jadi siswa tidak terlalu berat menanggung beban jika mengalami kerugian. Kelemahannya, materi terbatas, manajemen menjadi kacau, dan seringkali tidak ada transparasi finansial (keuangan) dari pihak sekolah ke pihak siswa.
2. Penerbitan dikelola siswa secara mandiri, dimana tanggung jawab diserahkan sepenuhnya kepada siswa yang mengelola penerbitan. Kelemahannya, siswa harus bertanggung jawab penuh atas keuangan, materi, dan manajemen internal. Keuntungannya, adanya transparasi finansial, materi lebih bebas, manajemen bisa dikelola sesuai keinginan pengurus.
Dilihat dari Sifatnya:
Dari segi ini, jurnalistik sekolah memiliki kekhususan yaitu sebagai media apresiasi dan kreasi yang bagus untuk mengasah kemampuan jurnalistik para siswa karena sifatnya yang sukarela dan nonprofit (tidak mengambil keuntungan). (Oke, saya ngaku. Saya sempat nangis batin waktu tahu nggak ada gajinya. Tapi takpapa la~ lumayan bisa mejeng nama di majalah! X3)
-
Itulah dari sekilas info mengenai jurnalistik sekolah. Tak jauh beda dengan jurnalistik umum memang, tapi ini kan baru ulasan tentang pengertiannya saja.
Karena ini sudah terlalu panjang, saya sambung lain kali saja ya! Silahkan bertanya mengenai topik diatas kalau masih kurang jelas! Perihal dijawab (dengan benar) atau tidaknya, kita lihat saja nanti. See ya!
Dilihat dari fungsinya:
Tidak jauh berbeda dari jurnalistik umumnya, jurnalistik sekolah juga memiliki empat fungsi pers. Mendidik, menghibur, memberi informasi dan melakukan kontrol sosial.
Mendidik yaitu membuka wawasan dan menanamkan nilai-nilai pada para pembaca terhadap suatu permasalahan.
Menghibur yaitu membuat pikiran para pembaca melakukan relaksasi, melepaskan stres.
Memberi informasi yaitu memberikan pengetahuan dan berita, baik umum maupun spesifik, evergreen (yang jadul tapi masih enak dibaca) maupun yang up to date.
Melakukan kontrol sosial berarti menjadi bahan evaluasi, motivasi, dan secara tidak langsung mengontrol perilaku sosial para pembaca. (Bagi yang mau tau soal kontrol sosial lebih lanjut, silahkan hubungi guru sosiologi anda!)
Dilihat dari isinya:
Di kalangan sekolah, ada dua jenis penerbitan, khusus dan umum. Penerbitan khusus merujuk ke kekhususan materi yang diangkat. Materinya lebih spesifik dan teranalisis sehingga kalangan tertentu saja yang mengerti materi yang dibawakan. (Semacam karya ilmiah yang ilmiah banget, gitu deh!)
Sedangkan penerbitan umum merujuk ke materi yang lebih umum sehingga lingkup pembaca lebih luas. Ciri penerbitan umum ada empat. Satu, penyebarannya dilakukan secara terbuka dan dapat dibaca oleh umum. Dua, penerbitan muncul secara periodik, mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Tiga, materi yang disajikan sifatnya umum seperti budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Empat, berita yang disajikan aktual atau masih hangat dan layak untuk diperbincangkan. (Asal jangan jadi ajang bikin gosip ya!!)
Dilihat dari Manajemen:
1. Penerbitan dikelola siswa bersama otoritas sekolah, dimana pihak otoriter sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan staff memiliki andil dalam pengelolaan penerbitan. Keuntungannya, tanggung jawab dibebankan pada kedua belah pihak jadi siswa tidak terlalu berat menanggung beban jika mengalami kerugian. Kelemahannya, materi terbatas, manajemen menjadi kacau, dan seringkali tidak ada transparasi finansial (keuangan) dari pihak sekolah ke pihak siswa.
2. Penerbitan dikelola siswa secara mandiri, dimana tanggung jawab diserahkan sepenuhnya kepada siswa yang mengelola penerbitan. Kelemahannya, siswa harus bertanggung jawab penuh atas keuangan, materi, dan manajemen internal. Keuntungannya, adanya transparasi finansial, materi lebih bebas, manajemen bisa dikelola sesuai keinginan pengurus.
Dilihat dari Sifatnya:
Dari segi ini, jurnalistik sekolah memiliki kekhususan yaitu sebagai media apresiasi dan kreasi yang bagus untuk mengasah kemampuan jurnalistik para siswa karena sifatnya yang sukarela dan nonprofit (tidak mengambil keuntungan). (Oke, saya ngaku. Saya sempat nangis batin waktu tahu nggak ada gajinya. Tapi takpapa la~ lumayan bisa mejeng nama di majalah! X3)
-
Itulah dari sekilas info mengenai jurnalistik sekolah. Tak jauh beda dengan jurnalistik umum memang, tapi ini kan baru ulasan tentang pengertiannya saja.
Karena ini sudah terlalu panjang, saya sambung lain kali saja ya! Silahkan bertanya mengenai topik diatas kalau masih kurang jelas! Perihal dijawab (dengan benar) atau tidaknya, kita lihat saja nanti. See ya!
Moshi-Moshi Minna!!
Maaf, karena blog saya sebelum ini tak bisa di-comment, jadi saya membuat blog baru dengan nama dan alamat yang sama.
Tetap enjoy yah!!
Tetap enjoy yah!!
Langganan:
Postingan (Atom)